Hukum dan Fadhilah Puasa Arafah
Bulan Zulhijjah sebagai bulan ibadah tentu
saja kita berusaha semaksimalmungkin dapat meraih dan tidak mengalpakan diri
dengan melakukan kegiatan bernilai ibadah termasuk diantaranya dengan berpuasa
pada hari Arafah tepatnya tanggal 9 Zulhijjah. Sangat besar fadhilah dan
kelebihan puasa tersebut.
Rasulullah sendiri telah menjelaskan dalam banyak
sabda-Nya kelebihan dan keutamaannya. Di antaranya seperti disebutkan dalam
hadits denagn bunyinya, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan
seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (yaitu untuk orang yang berada di
Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada
para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” [HR.
Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah]
Sekian banyaknya keutamaan yang lainnya, diamana
pada hari arafah itu sebagai waktu mustajabnya do’a. Ini sebagaimana
diungkapkan dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada
hari Arafah.” [ HR. Tirmidzi no. 3585.)
Maqbul dan Istijabah Doa
Para ulama dalam menafsirkan hadist diatas
menyebutkan bahwa inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan pada
hari Arafah. Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak
berdoa pada Allah. Do’a ketika ini adalah do’a yang mustajab karena dilakukan
pada waktu yang utama.
(Kitab Tuhfatul Ahwadziy, Muhammad
‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Ala, 8: 482).
Dihapus Segala Dosa
Mereka yang tidak berhaji dianjurkan untuk
menunaikan puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Puasa yang dikerjakan
pada hari Arafah dapat menghapusskan segala dosa. Hal ini berdasarkan hadits
Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa
Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa
Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[HR. Muslim
no. 1162, dari Abu Qatadah]
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arafah
lebih utama daripada puasa ‘Asyura. Di antara alasannya, Puasa Asyura berasal
dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arafah berasal dari Nabi kita Muhammad shallallahu
’alaihi wa sallam. (Kitab Fathul Bari, 6/286]
Hendaknya kita tidak mengalpakan puasa
Arafah, disebabkan diantara keutamaan puasa Arafah adalah akan
menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah
dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya
dosa besar atau ditinggikannya derajat. (Kitab Syarh Muslim, An Nawawi,
4/179)
Puasa ‘Arfah pada tanggal 9 Dzulhijjah
disunatkan bagi selain orang yang sedang berhaji dan musafir. Bagi orang yang
sedang berhaji disunatkan tidak berpuasa pada hari ‘Arafah. Ini berdasarkan
hadist dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak berpuasa ketika di Arafah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman
susu, beliau pun meminumnya.” [HR. Tirmidzi no. 750.)
Semenatara itu diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arafah di Arafah. Beliau mengatakan, “Aku
pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau
tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu
Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau
tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arafah ketika itu.
Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak
melarang jika ada yang melakukannya.” ( HR. Tirmidzi no. 751)
Beranjak dari pembahasan diatas, dapat
disimpulkan sangat besar fadhilah puasa Arafah dan hukumnya disunatkan bagi
orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah adalah tidak berpuasa
ketika hari Arafah dan disunatkan berpuasa kepada mereka yang tidak melakukkan wukuf
di padang Arafah. (Imam Nawawi, kitab Majmu’ Syarah Muhazzab, VI : 428)
0 Response to "Hukum dan Fadhilah Puasa Arafah"
Post a Comment