Bulan Zulqa'dah (I): Sosok Bulan Haram
Dalam Islam terdapat dua belas bulan yang telah ditetapkan dan di tentukan oleh Allah SWT dalam setahun. Diantara bulan tersebut terdapat bulan yang mempunyaikelebihan dan kemulian yang lebih di bandingkan bulan yang dua belas tersebut. Diantaranya bulan Ramadhan yang disebut sebagai sayyidul syahr (penghulu segala bulan)dan bulan itupun telah berlalu meninggalkan kita. Di samping itu begitu juga dengan Syawwal. Hrarapan kita semoga termasuk hamba-hamba Allah yang telah memanfaatkan kehadiran bulan-bulan tersebut dengan maksimal. Sehingga yang ada saat ini adalah rasa bahagia atas meningkatnya kualitas diri dan semangat baru untuk menata diri di bulan-bulan berikutnya.
Lantas siapakah yang mampu meraih dan mengapilkasikan
kelebihan bulan tersebut? Tentu hanya orang-orang yang beriman lah yang mampu
memanfaatkan waktunya dengan penuh manfaat dan jauh dari kesia-siaan. Syawwal
berlalu. Tanpa terasa kini kita tengah memasuki dan berada diambang pintu bulan
Dzulqa’dah. Dalam syariat Islam inilah satu bulan di antara bulan-bulan yang
disebut oleh Allah sebagai bulan haram. Allah SWT berfirman dalam surat
At-Taubah ayat 36:
إِنَّ
عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36)
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan
ketahuilah bahwasanya Allah bersama-sama orang yang bertakwa.”
Menala’ah
pemahaman ayat diatas,disebutkan di dalam Tafsir Ath-Thabari, Tafsir
Al-Qur’anul ‘Adzim karya Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan bulan-bulan haram tersebut ialah Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab. Tentu saja hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim:
عَنْ
أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ
اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman telah berputarseperti keadaannya ketika
Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun itu terdapat dua belas bulan.
Empa di antaranya adalah bulan haram (disucikan). Tiga dari bulan itu jatuh
secara berurutan, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sedangkan Rajab
(yang disebut juga syahrul mudhar) terletak di antara dua jumadil (jumadil ula
dan jumadil tsani) dan sya’ban.”
Mengupas
dan mengkaji berbagai fenomena tentang
keutamaan bulan-bulan haram sama halnya ketika membicarakan keutamaan
surat-surat maupun ayat-ayat dalam al-Qur’an. Kita tidak bisa membicarakan
tentang keutamaan surat maupun ayat secara parsial, karena bisa menyebabkan
kita bersikap diskriminatif terhadap satu ayat dengan ayat lainnya. Sebagai
contoh ketika kita mengetahui keutamaan surat Yasin, maka kita sangat
mengutamakan membaca surat Yasin dibanding membaca surat-surat yang lain. Tidak
jarang, di antara kita bersikap berlebihan terhadap surat Yasin ini dengan
menjadikannya surat yang wajib dibaca pada setiap malam Jum’at. Oleh karena
itu, dalam menyikapi keutamaan bulan-bulan tertentu yang diberi oleh Allah
keutamaan kita harus bersikap proporsional dengan cara tidak mengesampingkan
keutamaan bulan-bulan yang lain.
0 Response to "Bulan Zulqa'dah (I): Sosok Bulan Haram"
Post a Comment