Ramadhan Dalam Lintasan Sejarah
Kini telah tiba bulan
Ramadhan menyapa kita kembali. Tentunya dengan datang bulan ini setiap muslim
yang beriman wajib melaksanakannya selama sebulan penuh. Namun alangkah
indahnya sebelumnya kita membuka lembaran untuk mengkaji kembali sejarah
Ramadhan dan pengertiannya. Tidak sedikit diantara kita yang melupakan dan
bahkan belum mengetahui sejarah Ramadhan itu sendiri.
Beranjak dari itu
penulis mencoba untuk menampilkan kembali kupasan tersebut yang dikutip dari
berbagai sumber walaupun kupasanya sangat singkat. Di sebutkan bahwa ibadah puasa Ramadhan itu tidak langsung
diperintahkan berpuasa simulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari.
Membuka lembaran
sejarah, puasa Ramadhan terdapat beberapa langkah sehingga menjadi suatu
tataran syariat yang mengikat bagi umat Muslim. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal,
sejarah puasa Ramadhan tidak muncul begitu saja. Dalam riwayatnya, sebelum Nabi
menerima perintah puasa Ramadhan, Nabi telah melaksanakan puasa ‘Asyura dan
puasa tiga hari setiap bulannya. Secara singkat sejarah puasa Ramadhan sendiri mulai
diwajibkan (untuk melakukan ibadah puasa Ramadhan) pada tahun ke 2 Hijriyah
atau 624 Masehi setelah Nabi hijrah ke Madinah, bersamaan dengan
disyariatkannya salat ied, zakat fitrah, dan kurban. Hal ini
berarti, bahwa puasa adalah suatu ibadah yang bernilai universal dan ibadah
yang disempurnakan dari umat-umat terdahulu.
Pengertian Ramadhan
Kata Ramadhan mempunyai pengertian yang tidak sedikit. Diantaranya;
Pertama, Ramadhan berarti " hujan
". Ramadhan berasal dari kata dasar " Ramadiyu " yang berarti
" hujan " yang terlihat pada akhir musim panas , pada awal musim
gugur dan membersihkan bumi dari debu . Seperti hujan yang mencuci
permukaan bumi , bulan Ramadhan mensucikan orang beriman dari dosa dan
membersihkan hati mereka .
Kedua, Ramadhan artinya salah satu nama
Allah
Sebagian ulama mengatakan bahwa Ramadhan
adalah salah satu nama Allah, dan mereka berpendapat tidak boleh menyebut
Ramadhan tanpa didahului ‘syahru‘. Pendapat ini didasari oleh hadits:“Jangan
menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah
dengan ‘Bulan Ramadhan.’” (HR. Al Baihaqi 4/201). Argumen di atas di
terbantahkan, hal ini di sebabkan menurut Imam As Suyuthi status hadist diatas dalam kitab
An Nukat ‘alal Maudhuat bahwa hadits ini dhaif.
Ketiga, cuaca yang sangat panas.
Namun setidaknya berdasarkan beberapa kutipan
dari kitab ’muktabar, ungkapan Ramadhan itu
bermaknanya “cuaca yang sangatlah panas”.
-:
( يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ ) إجْمَاعًا
وَهُوَ مَعْلُومٌ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِنْ الرَّمْضِ وَهُوَ شِدَّةُ
الْحَرِّ ؛ لِأَنَّ وَضْعَ اسْمِهِ عَلَى مُسَمَّاهُ وَافَقَ ذَلِكَ وَكَذَا فِي
بَقِيَّةِ الشُّهُورِ كَذَا قَالُوهُ وَهُوَ إنَّمَا يَأْتِي عَلَى الضَّعِيفِ
أَنَّ اللُّغَاتِ اصْطِلَاحِيَّةٌ . أَمَّا عَلَى أَنَّهَا تَوْقِيفِيَّةٌ أَيْ
أَنَّ الْوَاضِعَ لَهَا هُوَ اللَّهُ تَعَالَى وَعَلَّمَهَا جَمِيعًا لِآدَمَ
عِنْدَ قَوْلِ الْمَلَائِكَةِ لَا عِلْمَ لَنَا فَلَا يَأْتِي ذَلِكَ وَهُوَ
أَفْضَلُ الْأَشْهُرِ حَتَّى مِنْ عَشْرِ الْحِجَّةِ لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ
(Wajib puasa ramadhan) menurut kesepakatan
ulama, puasa ramadhan merupakan perkara yang diketahui secara pasti oleh
masyarakat umum. Ramadhan berasal dari kata ar-romadh yaitu panas yang terik
hal ini karena kebiasaan penamaan oleh orang-orang arab atas nama-nama bulan
dalam setahun. Sedang pendapat lain menyatakan penamaan ramadhan bersifat
tauqify yang menamainya langsung Allah sendiri dan diajarkan pada Adam. (Kitab Tuhfah
alMuhtaaj XIII/178)
Dalam ibarat lain juga di sebutkan:
( لأن وضع اسمه الخ ) عبارة المغني والنهاية
لأن العرب لما أرادت أن تضع أسماء الشهور وافق أن الشهر المذكور كان في شدة الحر
فسمي بذلك كما سمي الربيعان لموافقتهما زمن الربيع اه قوله ( وكذا في بقية الشهور
) عبارة المصباح في مادة ج م د ويحكى أن العرب حين وضعت الشهور وافق الوضع الأزمنة
فاشتق للشهور معان من تلك الأزمنة ثم كثر حتى استعملوها في الأهلة وإن لم توافق
ذلك الزمان فقالوا رمضان لما ارمضت الأرض من شدة الحر وشوال لما شالت الإبل
بأذنابها للظروف وذو القعدة لما ذللوا القعدان للركوب وذو الحجة لما حجوا والمحرم
لما حرموا القتال أو التجارة والصفر لما غزوا وتركوا ديار القوم صفرا وشهر ربيع
لما أربعت الأرض وأمرعت وجمادى لما جمد الماء ورجب لما رجبوا الشجر وشعبان لما
أشعبوا مثل العود انتهت اه ع ش
Keterangan dalam kitab al-Mughni dan an-Nihaayah
“karena kebiasaan orang arab saat menamai bulan disesuaikan dengan keadaan
zamannya, mereka menamai ramadhan karena bulan ini bertepatan dengan masa terik
panas seperti mereka menamai dua bulan rabii’ (rabiiul awal dan rabii’us tsani)
karena bertepatan dengan musim semi, begitu juga bulan-bulan lain meskipun
kenyataannya pada musim-musim tertentu tidak sesuai dengan apa yang mereka
namai :
1.
Ramadhan = saat bumi terbakar
karena panas yang terik
2.
Syawwal = saat unta menaikkan
ekornya pada wadah
3.
Dzul Qa’dah = saat merendahkan
kendaran untuk dinaiki
4.
Dzul hijjah = saat menjalani
haji
5.
Muharram = saat diharamkan
peperangan atau niaga
6.
Shafar = saat orang arab
meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong
7.
Rabii’ awal = saat musim semi
8.
Rabii’ tsani = saat musim semi
9.
Jumada Ula = saat air membeku
10.
Jumada Tsani) = saat air
membeku
11.
Rajab = saat pepohonan berduri
12.
Sya’ban = saat mereka
meninggalkan untuk selama-lamanya seperti kembali
(Kitab
Hawaasyi as-syarwaany III/371)
Sumber: PISS dan berbagai sumber lainny
0 Response to "Ramadhan Dalam Lintasan Sejarah"
Post a Comment