Bulan Syakban (XIV): Memuliakan Nisfu Syakban Ala Rasulullah
Bulan Syakban yang terus berlalu
dan berotasi bahkan hampir berada pada pertengahannya. Terkadang hari yang kita
lalaui teralpakan dengan memuliakankan sang tamu “Syakban” dan saudaranya “Nisfu
Syakban” sebagai akhir “LPJ” amalan kita. Tidak sedikit di jelaskan dalam hadist
baginda nabi menguraikan kemulaiaan dan amaliah yang beliau kerjakan dalam
bulan Syakban begitu juga Nisfu Syakban. Beliau dalam sebuah hadits menerangkan
bahwa banyak manusia yang lengah di bulan Sya’ban karena sibuk dan merasa cukup
dengan dua bulan mulia yang mengapit bulan Sya’ban, yaitu bulan Rajab dan bulan
Ramadhan. Melakukan ibadat pada waktu orang lain lalai, memiliki kelebihan
tersendiri sebagaimana di terangkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
Salah satu keistimewaan bulan
Sya’ban adalah adanya malam nishfu Sya’ban yang merupakan
malam termulia setelah malam Lailatul-Qadar. Sebagian ulama
mengatakan bahwa kemulian bulan Rajab terletak pada 10 awalnya, bulan Sya’ban
terletak pada 10 yang kedua dan bulan Ramadhan terletak pada 10 yang terakhir.
Kelompok yang pertama sekali
membesarkan malam nishfu Sya’ban dengan rutinitas ibadah yang
lebih banyak dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya adalah para tabi’in dari
negeri Syam seperti Imam Khalid bin Ma`dan, Imam Makhul, Imam Luqman bin ‘Amir
dan lainnya. Sebagian dari mereka menghidupkan malam nishfu Sya’ban
dengan berjamaah di mesjid dengan memakai pakaian yang bagus. Ketika hal ini
menyebar, para ulama berbeda pendapat dalam menanggapinya. Sebagian ulama
menerimanya seperti ulama negeri Bashrah dan lainnya, sedangkan sebagian ulama
Mekkah seperti Imam ‘Atha` dan Imam Ibnu Abi Malikah serta fuqaha Madinah
mengingkarinya. Imam Ishaq Rahawaih berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah
bid’ah sedangkan Imam Auza’i menganggap makruh menghidupkannya secara berjamaah
tetapi tidak makruh secara sendiri.
Malam nishfu sya’ban
dapat dikategorikan sebagai salah satu malam yang baik untuk beribadat dan
berdoa dikarenakan keumuman dalil dimana setiap malam ada satu saat yang mustajabah doa.
Rasulullah SAW bersabda : Dari
Jabir, beliau berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata bahwa dalam
setiap malam terdapat satu waktu yang tidak ada hamba muslim berbetulan dengan
nya dimana ia meminta kebaikan kepada Allah SWT melainkan Allah SWT mengabulkan
permintaannya, dan hal tersebut pada setiap malam”. (HR. Imam Muslim)
Selain itu, banyak juga
dalil-dalil khusus yang menunjuki kelebihan malam nishfu Sya’ban
walaupun sebagian hadits tersebut dha’if, namun sebagiannya juga
dianggap shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan sebagian lainnya
dikuatkan dengan adanya periwayatan pada thariq-thariq yang
lain yang berfungsi sebagai muttabi’ dan syawahid sehingga
beberapa hadits tersebut naik derajatnya menjadi hasan. Lagipula,
hadits dha’if boleh diamalkan untuk fadhail-a’mal dengan
catatan tidak terlalu dha’if. Bahkan Imam al-Ramli mengatakan bahwa
Imam al-Nawawi dalam beberapa karangan beliau menceritakan tentang
adanya ijma’ ulama tentang kebolehan beramal dengan
hadits dha’if pada permasalahan fadhail-a’mal (keutamaan
beramal).Selanjutnya, Imam Husain Muhammad ‘Ali Makhlul al-‘Adawy
mengatakan bahwa hadits-hadits tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban
serta kelebihan menghidupkan malam tersebut merupakan hadits yang boleh di
amalkan pada fadhail-a’mal.
Diantara dalil-dalil khusus
tersebut antara lain :
Hadits riwayat Imam al-Thabrani
dan Imam Ibnu Hibban : “Allah SWT memandang sekalian makhluk-Nya pada malam
nishfu Sya’ban dan Allah SWT mengampuni sekalian makhluknya kecuali yang
musyrik dan yang memiliki dendam”.
Kemudian dalam hadist lain yang
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah berbunyi: “Apabila tiba malam nishfu
Sya’ban maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya,
karena (rahmat) Allah SWT akan turun ke langit dunia pada saat tersebut sejak
terbenam matahari dan Allah SWT berfirman : “Adakah ada orang yang meminta
ampun, maka akan Aku ampunkan, adakah yang meminta rezeki, maka akan Ku berikan
rezeki untuknya, adakah orang yang terkena musibah maka akan Aku lindungi,
adakah sedemikian, adakah sedemikian, hingga terbit fajar”.
Bagaimana dan apa yang pernah di
kerjakan oleh baginda rasulullah Saw,terekam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
‘Aisyah: “Berkatalah ‘Aisyah :”Saya kehilangan Rasulullah SAW, tiba-tiba
beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata:
“Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?” Saya menjawab:
“Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau”. Beliau
berkata : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam
nishfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah SWT mengampunkannya lebih banyak
dari bulu domba Bani Kalab”. (HR. Imam Ahmad)
Dalam kesempatan yang lain Aisyah
bersama baginda nabi pada malam nisfu syakban terjadi sebuah dialog kecil
sebagaiman di sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi : “Rasululah berkata
:”Adakah kamu ketahui kejadian pada malam ini?” ‘Aisyah menjawab :”Apa yang
terjadi pada malam ini, ya Rasulullah?” Beliau menjawab :”Pada malam ini
dituliskan semua anak yang akan lahir pada tahun ini dari keturunan Adam, pada
malam ini dituliskan semua orang yang akan mati pada tahun ini, pada malam ini
diangkat amalan manusia dan pada malam ini diturunkan rezeki mereka…”.
Memperkuat argument diatas, selanjutnya,
para ulama juga berkomentar tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban,
diantaranya adalah :Riwayat yang menceritakan bahwa ‘Umar bin Abdul Aziz
mengirim surat kepada pegawai beliau di Bashrah: “Lazimkanlah empat malam
dalam setahun karena sesungguhnya Allah memenuhi padanya dengan rahmat Nya,
yaitu awal malam dari Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam ‘idul-fithri, malam
‘idul-adha”.
Demikian baginda nabi dalam
memuliakan malam
nisfu syakban,beliau sudah di jamin surge namun tetap beribadah
dan mengisi diri dengan bermacam ibadah di bulan Syakban dan malam Nisfu
syakban. Semoga kita dapat meraih keberkahan dan kemuliaan Syakban dan Nisfu
Syakban dalama menggapai ridha ilahi menuju hari esok yang cerah dan di
berkahi. Amiiin
0 Response to "Bulan Syakban (XIV): Memuliakan Nisfu Syakban Ala Rasulullah"
Post a Comment