Kitab Mukasyafatul Qulub (III): Kekuatan Sabar dan Sakit
Salah satu sifat yang terpuji adalah sabar. Barangsiapa
yang ingin selamat dari siksa Allah swt, memperoleh pahala, Anugerah dan
rahmat-Nya serta masuk ke dalam surge-Nya, maka hendaklah ia menahan nafsunya
dari kesengan-kesengan dunia dan bersabar terhadap penderitaan dan musibah yang
menimpanya.
Allah swt berfirman: “Allah
menyukai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)
Sabar itu dapat dikualifikasikan menjadi tiga
bagian yaitu:
Pertama. Sabar dalam
memjalankan ketaatan kepada Allah swt
Kedua, Sabar dalam
menjauhi larangan-larangan Allah swt
Ketiga, Sabar terhadap
musibah
Orang yang bersabar dalam menjalankan ketaatan
dan kebaktian kepada Allah swt., maka besok pada hari kiamat, Allah memberikan
kepadanya 300 derajat di syurga, seluas antara langit dan bumi. Orang yang
bersabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah swt, maka besok pada hari
kiamat Allah akan meberikan kepadanya 600 derajat di syurga. Jarak dari setiap
derajat selas antara langikt ke tujuh (llangit tertingi) dan bumi yangke tujuh
(bumi) yang pling bawah. Sedangkan bagi seseorang yang bersabar menghadapi musibaah,
maka Allah akan memberikannya seratus derajat di syurga. Jarak dari setiap
derajat, seluas antara Arasy dan Bumi.
Dikisahkanm bahwa Nabi Zakaria as. Berlari dari
kejaran orang-orang yahudi, namun mereka tetap mengejar mengikuti jejaknya.
Ketika mereka telah mendekatinya, Nabi Zakaria melihat sebuah pohon yang ada di
depannya, Dia berkata kepada pohon itu: “Hai pohon, masukkanlah aku ke dalam
batangmu.” Maka pohon itu menjadi terbelah, dan masuklah Nabi zakaria ke
dalamnya. Setelah ia masuk kedalamnya pohon itu, terkatup dan menutup kembali
dan nabi Zakaria bersembunyi di dalamnya. Iblis menyaksikan peristiwa itu, dan
memerintahkan kepada orang-orang Yahudi yang mengejar Nabi Zakaria as untuk
menggergaji membelah pohon itu agar Nabi Zakaria terpotong dan terbelah,
sehingga mati di dalamnya. Mereka benar-benar melakukan apa yang diperintahkan
Iblis. Hal itu terjadi karena Nabi Zakaria mengandalkan pohon itu, bukan pada
Allah swt, sehingga menyebabkan kebinasaannya. Dia mati terbelah menjadi dua
dengan gergaji.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Nabi
saw bahwa beliau bersabda: “ Tidaklah ada seorang hamba pun yang tertimpa
musibah, lalu dia berserah diri kepada-Ku, kecuali Aku akan memberikan
(permintaannnya) sebelum ia memintanya dan AKu akan mengabulkan (permohonan)
sebelum ia berdoa meohon kepada-Ku. Dan Tidak ada seorang hamba pun yang
tertimpa musibah, lalu ia bergantung kepada mahluk selain Aku, Kecuali Aku
tutup pintu-pintu langit (rahmat) Baginya.
Ketika proses penggergajian kayu yang ada di
dalamnya Nabi Zakaria tersebut, sampai pada otaknya, Dia berteriak menjerit kesakitan.
Lalu dikatakan kepadanya: “Hai Zakaria, sesunggunya Allah berfirman kepadamu:
‘Mengapa Anda tidak bersabar menghadapi musibah sakit dan berkata Aduh?
Seandainya Anda mengatakannya sekali lagi, maka aku kan mengeluarkan namamu
dari daftar para nabi.’ ”Maka Nabi Zakaria menggigit bibirnya bersabar menahan
rasa sakit, hingga mereka benar-benar membelahnya menjadi dua.
Oleh sebab itu bagi orang yang berakal wajib
bersabar dalam menghadapi musibah dan tidak mengadukannya kepada Manusia, agar
dia selamat dari azab dunia dan akhirat. Karna musibah atau ujian paling berat
adalah yang ditimpakan kepada para Nabi dan wali (kekasihnya)-Nya.
Junaid Al-Baghdadi berkata: “ Musibah atau
bala’ merupakan pelita (penerang) bagi orang-orang arif, menggeliatkan kebangkitan
bagi orang-orang yang menghendaki keridhaan Allah swt. Ia merupakan kebaikan
bagi orang-orang beriman dan kebinasaan bagi orang-orang yang lengah. Tak
seorangpun yang dapat merasakan manisnya keimanan, sehingga ia ditimpa musibah,
lalu dia ridha dan bersabar.”
Nabi Muhammad saw bersabda: “Barang siapa
yang menderita sakit semalam, lalu ia bersabar dan ridha kepada Allah, maka dia
menjadi keluar dari dosa-sosanya, sebagaimna di saat ia terlarhir dari ibunya.
Maka ketika anda sakit, hendaklah kiranya (bersabar) tidak terlalu mengharapkan
kesembuhan.”
Ad-Dhahak berkata: “Barangsiapa yang tidak
diuji dengan suatu musibah, kesulitan, atau bala’ selama 40 hari, maka tidak
ada suatu kebaikanpun baginya di sisi Allah.”
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata:
“ Ketika Allah memberikan ujian kepada seorang hamba yang beriman dengan suatu
penyakit, Dia berfirman kepada para malaikat yang ada di sisi kiri: ‘Angkatlah
kalam (pena pencatat amal) daripadanya. ‘ Sementara kepada para malaikat yang
ada di sisi kanan, Dia berfirman: ‘Tulislah buat hambaku, amal kebaikan yang
pernah ia lakukan dengan sebaik-baiknya.’ “
Di dalam hadis lain juga disebutkan, dari Nabi
saw.: “Ketika seorang hamba sakit, Allah swt mengutus dua malaikat kepadanya,
serta berfirman: ‘Lihatlah apa yang diucapkan hamba-Ku. ‘” Kalau dia
perkata, Alhamdulillah, maka ucapan itu dilaporkan kepada Allah swt sedangkan
dia sesungguhnya maha mengetahui. Selanjutlah Allah swt berfirman: “Kalau aku
mematikannya, maka menjadi sebuah kewajiban bagi-Ku untuk memasukkannya kedalam
syurga. Dan kalau aku memberikan kesembuhan kepadanya, maka menjadi sebuah
kewajiban bagi-Ku untuk mengganti dagingnya dengan daging yang lebih baik
daripada daging sebelumnya, mengganti dengan darah yang lebih baik dari darah sebelumnya,
dan aku akan mengampuni dosa-dosanya.
Diceritakan, bahwa pada zaman dahulu dikalangan
Bani Israil, ada seorang laki-laki fasik, dia terus menerus melakukan
kefasikannya, hingga meresahkan penduduk negerinya, namun mereka tidak memiliki
kekuatan dan keberanian untuk menghentikan kdurhakaannya. Mereka hanya
melakukan perlawanan dengan berdoa dan merendahkan diri kepada Allah, hingga
akhirnya Allah menurunkan wahuyu kepada Nabi Musa as. : “Hai musa, di
tengah-tengah kaum Bani Israil terdapat seorang pemuda durhaka yang meresahkan
mereka, namun mereka tidak kuasa untuk mengusirnya. Mereka khawatir terkena api
neraka, sebab ulah kefasikannya, maka usirlah dia,” Kemudian datanglah Nabi
Musa menemui pemuda fasik itu dan mengusirnya. Lalu pemuda itu pergi
meninggalkan desa tempat tinggalnya ke desa yang lain. Tetapi dia juga diusir
dari desa itu, sehingga harus berpindah ke desa yang lain. Dia terus diusir
dari desa ke desa, sampai akirnya dia terusir ke suatu hamparan padang pasir
yang sangat panas. Tak ada tumbuh-tumbuhan, burung-burung dan tidak ada pula
mahluk-mahluk yang lain. Ditengah-tengah gurun pasir yang panas itu dia jatuh
sakit tanpa ada seorang pun yang menolongnya. Dia terbaring di atas pasir yang
panas sambil menyandarkan kepalanya pada bait-bait padang pasir yang kering
kerontang, dia berkata: “ Seandainya ibuku berada di atas kepalaku, tentu ia
akan merasa kasihan kepadaku dan menangisi kenistaanku, sekiranya ayah ada
disini, tentu ia akan membantuku dan mengurus segala keperluanku, andai istriku
ada di sisiku, tentu ia kan menangisi kepergianku, dan seandainya anak-anakku
hadir di sini, tentu mereka akan menagisi jenazahku dan berdoa : ‘Ya Allah,
ampunilah ayahku yang terusir dan tidak berdaya ini, dia terbuang jauh dari
desa ke desa hingga terlempar jauh kepadang pasir yang ganas ini. Dia keluar
dari dunia menuju akhirat dengan membawa penyesalan dan keputusasaan yang
teramat dalam.’ Selanjutnya pemuda itu berkata, Ya Allah, Engkau telah
memisahkan aku dari kedua orang tuaku, dari anak-anak dan istriku, tapi
janganlah Engkau putuskan aku dari rahmat-Mu. Engkau telah membakar hatiku,
karna berpisah dengan mereka, tapi janganlah Engkau bakar aku dengan Api
neraka-Mu, sebab kefasikan.
Kemudian Allah swt mengutus seorang bidadari
yang menyerupakan diri seperti ibunya, seorang bidadari yang menyerupakan diri
seperti istrinya, dan anak-anak yang menyerupai anak-anaknya, serta seorang
malaikat yang menyerupakan diri seperti ayahnya. Mereka semua duduk di sisinya
dan menangisinya. Si Pemuda itu berkata : “Ini ayah ku, ibu, dan istri serta
anak-anakku, semua datang kepadaku.” Maka hatinya menjadi terhibur dan gembira.
Lalu dia menghembuskan nafas yang terakhir, mati dalam keadaan suci dan
terampuni.
Kemudian Allah swt menurunkan wahyu kepada Nabi
Musa as. “Hai Musa, pergilah ke padang begini…. dan ditempat begini….., karena
ditempat itu telah mati seorang wali dari wali-wali-Ku. Datanglah kepadanya,
uruslah jenazahnya dan makamkanlah ia.” Ketika nabi Musa sampai ke tempat
tersebut, dia melihat ternyata jenazah itu, adalah jenazah seorang pemuda fasik
yang diusirnya dari negeri dan kampung halamannya atas perintah Allah swt. Yang
lebih mengherankan lagi, jenazah itu dikelilingi oleh bidadari yang bermata
jeli. Lalu nabi Musa berkata : “Wahai Tuhanku, bukankah ini adalah jenazah
pemuda gasik yang aku usir dari negeri dan kampung halamannya atas
perintah-Mu?” Allah swt berfirman: “Hai Musa, benar dia memang pemuda
itu, tetapi aku telah merahmati dan mengampuninya, sebab dia adalah orang yang
terusir dan tak berdaya. Di Tengah kesendiriannya, karena terusir dari
negerinya dan terpisah dari Ayah, Ibu, istri dan anak-anaknya, dia menderita
sakit, dia merintih kesakitan dan hanya mengadu keapada-Ku, maka aku mengutus
seorang bidadari yang menyerupai ibunya, seorang bidadari yang menyerupai istrinya,
seorang malaikat yang menyerupai ayahnya. Semua merasa iba atas keterasingan
dan ketidaberdayaannya di tempat yang terpencil itu. Karena apabila ada
seseorang yang mati dalam keterasingan di tempat yang terpencil, maka penghuni
langit dan bumi menangis karna merasa ibu kepadanya. Maka bagaimana aku tidak
menyayanginya, sementara aku adalah Tuhan yang paling penyayang di antara para
penyayang.(bersambung)
sumber : Kitab Mukasyafatul Qulub: Imam Ghazali( dikutip dari : para-pejalan.blogspot.co.id)
0 Response to "Kitab Mukasyafatul Qulub (III): Kekuatan Sabar dan Sakit"
Post a Comment