Kitab Mukaasyatatul Qulub (V): Memerangi Hawa Nafsu dan Riadhah Nafsu
Allah swt memberikan
wahyu kepada Nabi Musa as. Dia berfirman: “Wahai musa, bila anda ingin aku
lebih dekat denganmu, daripada antara perbincangan dengan lidahmu, bisikan hati
dengan hatimu, nyawa dengan badanmu, sinar pengelihatan dengan matamu, dan antara
kedekatan hubungan antara pendengaran dan telingamu, maka perbanyaklah membaca
shalawat atas Nabi Muhammad saw.”
Allah swt berfirman: “….
Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat)”(QS.Al-Hasyir:18)
Wahai manusia,
ketahuilah bahwa nafsu yang selalu memerintahkan kepada Anda untuk melakukan
kejahatan, sesungguhnya lebih memusuhi anda daripada Iblis. Kekuatan Iblis
hingga mampu menguasai Anda, tiada lain karena pertolongan hawa nafsu dan
kesenangan-kesenangannya yang menyesatkan. Oleh sebab itu, jangan sampai Anda
tertipu oleh hawa nafsu, melalui angan-angan kosong, tipu daya dan bertindak
lambat, santai dan bermalas malasan. Semua ajakan iblis adalah bathil, segala
yang timbul dari doktrin dan perintahnya adalah tipu daya yang menyesatkan
belaka.
JIka anda senang dengan
kemauan hawa nafsu dan mengikuti perintahnya, tentu anda akan celaka. Jika anda
lengah dalam mengawasinya, tentu anda akan tenggelam dan jika anda lemah dala
melakukan perlawanan terhadapnya, serta mengikuti saja kemauannya, tentu ia
akan menyeret anda kedalam neraka.
Nafsu bukanlah suatu
yang dapat diarahkan menuju kebaikan. Dia adalah pangkal dari segala bencana
dan sumber dari segala aib. Ia merupakan markas kekayaan iblis dan tempat
berlindungnya setiap kejahatan yang tidak ada yang dapat mengetahui kecuali
Allah swt yang menciptakanna. Karenanya, takutlah kepada Allah sesungguhnya
allah maha mengathui apa yang kamu kerjakan.
Ketika seorang hamba
berfikir tentang usianya yang telah berlalu demi kepentingan akhiratnya, maka
pemkiran semacam itu, dapat membersihkan hati. Nabi saw bersabda: “Berfikir
satu jam, lebih baik daripada beribadah satu tahun.” Demikian, sebagaimana
disebutkan di dalam Tafsir Abu Laits.
Oleh sebab itu sudah
seharusnya bagi orang yang berakal itu bertaubat dari dosa-sosanya yang telah
lalu. Berfikir tentang hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt
dapat memupus angan-angan kosong, dan menjadikan selamat di perkampungan
akhirat. Di samping itu, ia juga seharusnya segera bertaibat, ingat kepada
Allah swt., meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan bersabar untuk tidak
mengikuti keinginan hawa nafsu. Nafsu itu ibarat berhala, maka barangsiapa yang
mengabdi kepada nafsu, berarti dia mengadi kepada berhala. Tetapi barangsiapa
yang mengabdi kepada Allah dengan penuh keikhlasan, berarti dia telah
mengalahkan hawa nafsunya.
Ada sebuah riwayat yang
menyebutkan bahwa pada suatu ketika Malik bin Dinar berjalan di pasar Bashrah,
ketika melihat buah tin ia menginginkannya. Maka dia melepas sendalnya dan
diberikan kepada si penjual buah itu, sambil berkata:Ambilah sandal ini, dan
berikan aku buah Tin sebagai gantinya.” Si penjual buah melihat sandal itu dan
berkata:”Sandal ini tidak cukup untuk ditukar dengan satu buah pun.” Maka malik
bin Dinar berlalu meninggalkannya.
Lalu ada seseorang yang
bertanya kepada si penjual buah itu:” Tidakkah kau engakau mengenal siapa dia?”
“Tidak,” Jawab si penjual buah itu singkat. Kemudian dikatakan kepadanya:”Dia
adalah Malik bin Dinar.” Mendengar jawaban itu, si penjual buah langsung
memerintahkan kepada budak pelayannya agar segera menyusulnya dengan membawa
sebuah bakul yang penuh dengan buah tin. Dia berkata kepadabudaknya:”Kalau dia
mau menerima ini, maka kamu menjadi merdeka.”
Maka budak itu
berlari-lari mengerjar Malik bin Dinar, ketika dapat menyusulnya ia
berkata:”Tuan Terimalah ini dari saya.” Tetapi Malik bin Dinar menolaknya.
Budak itu kembali berkata:”Terimalah ini tuan, karena didalamnya terdapat
kemerdekaanku.” Malik bin dinar menjawab:” Kalau didalamnya terdapat
kemerdekaanmu, didalamnya juga terdapat siksaanku.” Budak itu masih terus
berusaha merayu dan membujuk malik bin Dinar, tetapi ia berkara:”Aku
bersumpah, tidak akan menjual agama dengan buah tin itu, dan aku tidak akan
memakannya sampai hari kiamat.”
Diceritkan, bahwa
ketika Malik Bin Dinar menderita sakit hingga menyebabkan kematiannya, dia
menginginkan semangkok madu bercampur susu dan roti hangat. Kemudian datanglah
seorang pelayan mengantarkannya dan menyajikan apa yang diinginkannya itu.
Ketika makan itu telah tersedia dihadapannya, ia mengambil dan melihatnya sesaat, lalu berkata: " Wahai nafsu, Anda telah bersabar (Untuk tidak memakannya) selama tiga puluh tahun, kini umurmu hanya tinggal sesaat saja, mengapa anda tidak mau bersabar.?" Lalu dia melepaskan tangannya dan berpaling dari makanan yang ada dalam mangkok itu, dia bersabar dalam menahan keinginannya dan tidak memakannya.
Ketika makan itu telah tersedia dihadapannya, ia mengambil dan melihatnya sesaat, lalu berkata: " Wahai nafsu, Anda telah bersabar (Untuk tidak memakannya) selama tiga puluh tahun, kini umurmu hanya tinggal sesaat saja, mengapa anda tidak mau bersabar.?" Lalu dia melepaskan tangannya dan berpaling dari makanan yang ada dalam mangkok itu, dia bersabar dalam menahan keinginannya dan tidak memakannya.
Sesaat setelah ia
melepaskan dan berpaling dari makan itu, dia menghembuskan nafasnya (meninggal
dunia).
Demikianlah kondisi
para nabi dan wali dalam usahanya untuk mengendalikan hawa nafsunya. Mereka
adalah orang-orang yang memegang teguh komitmen keimanannya dengan penuh
kesabaran, merindukan Allah swt dan zuhud dalam kehidupannya.
Nabi sulaiman bin Daud berkata: "Sesungguhnya perjuangan seseorang untuk dapat mengalahkan hawa nafsunya adalah lebih berat daripada usaha seseorang untuk menaklukkan sesuah kota seorang diri."
Nabi sulaiman bin Daud berkata: "Sesungguhnya perjuangan seseorang untuk dapat mengalahkan hawa nafsunya adalah lebih berat daripada usaha seseorang untuk menaklukkan sesuah kota seorang diri."
Ali Bin Abi Thalib Karramallaahu
wajahu berkata:" Tidaklah ada antara aku dan nafsuku, melainkan
seperti seorang pengembala kambing. Ketika dia dapat menghalau dan menumpulkan
kambing-kambingnya dari satu arah, maka berpencarlah kambing-kambing itu dari
arah yang lain. Barangsiapa yang dapat membunuh (mengendalikan) hawa nafsunya
maka dia akan diselimuti dengan kafan rahmat dan dimakamkan dalam makam
kemuliaan. Sementara orang yang membunuh hatinya, maka dia dibungkus dengan
kafan laknat dan dikebumikan dalam makam siksaan."
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi berkata:"Perangilah hawa nafsumu dengan melakukan kebaktian kepada Allah swt. dan berriyadhah. Riyadhah ialah sedikit tidur, sediki bicara dan sedikit makan serta bertahan dari gangguan manusia.Sedikit tidur dapat membuat keinginan-keinginan hati menjadi baik, sedikit bicara menimbulkan keselamatan dari bahaya, dan bersabar dalam menghadapi gangguan manusia dapat mengantarkan untuk sampai pada derajat yang tinggi. Dan dengan sedikit makan akan melenyapkan kesenangan-kesenangan hawa nafsu."
Banyak makan dapat menyebabkan hati menjadi keras dan membatu serta nurnya lenyap. Nur Hikmah akan memancar dari sebab lapar. Sedangkan kekenyangan akan membuat jauh dari Allah swt. Rasulullah saw. bersabda : "Terangilah hati Anda dengan lapar dan perangilah hawa nafsu Anda dengan lapar dan haus. Rajin-rajinlah untuk terus menerus mengetuk pinta syurga dengan lapar pula. Karena pahala menjalankan semua itu, laksana pahala orang yang berjihad dijalan Allah swt. Sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai Allah swt. daripada lapar dan haus. Sedangkan orang yang memenuhi perutnya (Kekenyangan) tidak akan dapat memasuki kerjaan langit dan kehilangan manisnya ibadah"
sumber: Kitab Mukaasyfatul Qulub: Imam Ghazali (www.para-pejalan.blogspot.co.id)
0 Response to "Kitab Mukaasyatatul Qulub (V): Memerangi Hawa Nafsu dan Riadhah Nafsu"
Post a Comment