Fiqh Ramadhan (II): Niat Puasa Dalam Mazhab Syafi’i
Salah satu hal terpenting dalam sebuah pekerjaan berupa niat dan itulah sebagai kunci kesuksesan dan keberhasilan terhadap apa yang akan kita rintis dan kerjakan. Termasuk niat dalam puasa Ramadhan. Dalam mazhab muktabar yang empat, terjadi khilaf pendapat seputaran niat puasa Ramadhan. Niat puasa sebulan penuh pada malam awal puasa ramadhan hukumya di sunahkan. Sedangkan hukum niat untuk puasa hari2 setelah hari pertama ulama berbeda pendapat (khilaf):
- Menurut madzhab syafi'iyah niat puasa untk sebulan penuh trsbut cukup untuk puasa satu hari yang pertama,sehingga stiap hari puasa ramadlanya wajib di niati,jika tdk d niati maka tidak sah puasanya sbulan trsbut kecuali puasa ramadhan hari pertamanya.
- Menurut imam malik niat puasa romadlon untk sebulan penuh sdah mencukupi,sehingga untk hari2 berikutnya tdk wajib niat kembali.yang artinya jika tdk niatpun sdah sah krn niatya sdah sebulan penuh pada malam hari pertama awal puasa romadlon trsebut.[1]
Sementara itu dalam ibarat kitab yang lain juga di jelaskan, bunyinya:
فلو نوى ليلة اول رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الاول ، لكن ينبغى له ذلك ليحصل له صوم اليوم الذى نسي النية فبه عند مالك كما يسن له ان ينوى اول اليوم الذى نسيها فيه ليحصل له صومه عند ابى حنيفة و واضح ان محله ان قلد و الا كان متلبسا بعبادة فاسدة فى اعتقاده و هو حرام كاشفة السجا ١١٧
“Apabila seseorang berniat pada awal malam bulan Ramadhan untuk melakukan puasa keseluruhannya ( 1 bulan full) maka menurut Madzhab Syafii tidak cukup. Kewajiban niat harus dilakukan pada tiap malamnya. Tetapi menurut pendapat madzhab Maliki niat jamak puasa 1 bulan adalah sunah hal ini untuk menjaga puasa yg lupa tidak diniati. Hal senada juga dikemukakan oleh Madzhab Hanafi. Tapi yang perlu menjadi catatan adalah kita tidak boleh mencampur adukan madzhab. Bila ini dilakukan maka yg terjadi adalah kerusakan ibadah.” [2]
Menurut Syafi'iyyah SUNNAH dan hanya mencukupi niat tersebut untuk malam pertama saja sedang bagi Malikiyyah dapat mencukupi pada malam-malam ramadhan berikutnya selama sebulan bila kebetulan ia lupa menjalankan niat.
قَوْلُهُ : ( التَّبْيِيتُ ) أَيْ كُلَّ لَيْلَةٍ عِنْدَنَا كَالْحَنَابِلَةِ وَالْحَنَفِيَّةِ وَإِنْ اكْتَفَى الْحَنَفِيَّةُ بِالنِّيَّةِ نَهَارًا لِأَنَّ كُلَّ يَوْمٍ عِبَادَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ وَلِذَلِكَ تَعَدَّدَتْ الْكَفَّارَةُ بِالْوَطْءِ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِنْهُ ، وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ ، وَعِنْدَنَا لِلَّيْلَةِ الْأُولَى فَقَطْ .
“Keterangan niat dimalam hari) artinya pada setiap malam dibulan Ramadhan menurut kalangan Kami (Syafi’iyyah) seperti pendapat kalangan Hanabilah dan Hanafiyyah hanya saja dikalangan Hanafiyyah menganggap cukup bila niatnya dikerjakan pada siang hari. Sebab setiap hari pada bulan Ramadhan adalah ibadah tersendiri karenanya diwajibkan membayar banyak kaffaarat (denda pelanggaran) sebab berkali-kalinya senggama disiang hari disetiap hari-hari ramadhan namun disunahkan dimalam pertama pada bulan ramadhan niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil kemanfaatan bertaqlid pada pendapat Imam Malik yang menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya disemua malam ramadhan dan bagi kami (Syafi’iyyah) niat yang demikian hanya mencukupi pada malam pertama saja.[3]
sumber: PISS
[1] Kitab Hasyiya qulyubi wa 'umairoh 2/67, al Majmu' syarah muhadzab 6/303, Hasyiyah al Bajuri 1/288 .
[2] Kitab Kasyifatus Syaja : 117
[3] Kitab Hasyiyah al-Qalyuby :V: 365
sumber: PISS
0 Response to "Fiqh Ramadhan (II): Niat Puasa Dalam Mazhab Syafi’i"
Post a Comment