Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (IV): Rasulullah Setelah Menerima Shalat 5 (Lima) Waktu di Tuduh Gila
Pagi harinya beliau memberitahukan
mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka
mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu
pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu
Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah
membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan
Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat
dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin
(dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala
ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra
dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al
Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al
Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al
Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
001. (Maha Suci) artinya memahasucikan
(Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad saw. (pada
suatu malam) lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf. Arti lafal al-isra
ialah melakukan perjalanan di malam hari; disebutkan untuk memberikan
pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu dalam waktu yang sedikit; oleh
karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk mengisyaratkan kepada
pengertian itu (dari Masjidilharam ke Masjidilaksa) yakni Baitulmakdis;
dinamakan Masjidil aksa mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidilharam (yang
telah Kami berkahi sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan dan
sungai-sungai (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu
sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) artinya yang mengetahui semua perkataan
dan pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan
memperjalankannya di suatu malam; di dalam perjalanan itu antara lain ia sempat
berkumpul dengan para nabi; naik ke langit; melihat keajaiban-keajaiban alam
malakut dan bermunajat langsung dengan Allah swt. Sehubungan dengan peristiwa
ini Nabi saw. menceritakannya melalui sabdanya, “Aku diberi buraq; adalah
seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih
pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas
pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di
Baitulmakdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa
dipakai oleh para nabi.
Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa
dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu aku keluar dari
Masjidilaksa datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya membawa dua buah cawan;
yang satu berisikan khamar sedangkan yang lain berisikan susu. Aku memilih
cawan yang berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata, ‘Engkau telah memilih
fitrah (yakni agama Islam).’ Nabi saw. melanjutkan kisahnya, kemudian malaikat
Jibril membawaku naik ke langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril
mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat
Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah yang bersamamu
itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah
dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah
diutus untuk menemui-Nya.’ Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami;
tiba-tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam menyambut
kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian malaikat Jibril
membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang
kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab,
‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’
Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia
telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah
diutus untuk menemui-Nya.’ Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami;
tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi
Isa.
Lalu keduanya menyambut kedatanganku,
dan keduanya mendoakan kebaikan buatku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik
ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga,
lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’
Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril
menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’
Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu dengan
Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan.
Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian
malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril
mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat
Jibril menjawab. ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang
bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi
kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril
menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka pintu langit yang keempat
dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia menyambut
kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku ke
langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima,
maka ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’
Dan ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat
Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah
diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk
menemui-Nya.’ Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba
aku bertemu dengan Nabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan
bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu
ia mengetuk pintunva, ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril
menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu
itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah
dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah
diutus untuk menemui-Nya.’ Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat
kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa menyambut
kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik
ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya,
‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya,
‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’
Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’
Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka
dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan
Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitulmakmur.
Ternyata Baitulmakmur itu setiap harinya
dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak kembali
lagi padanya. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha,
kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga
gajah dan buah-buahan bagaikan
tempayan-tempayan yang besar. Ketika semuanya tertutup oleh nur Allah, semuanya
menjadi berubah. Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allah pun yang dapat
menggambarkan keindahannya.
Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya,
maka Allah mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan)
kepadaku lima puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku turun
hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa bertanya
kepadaku, ‘Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Lima
puluh kali salat untuk setiap harinya.’ Nabi Musa berkata, ‘Kembalilah kepada
Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscava
tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah
menguji mereka.’ Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada
Rabbku, lalu aku memohon, ‘Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.’ Maka Allah
meringankan lima waktu kepadaku.
Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan
Nabi Musa bertanya, ‘Apakah yang telah kamu lakukan?’ Aku menjawab, ‘Allah
telah meringankan lima waktu kepadaku.’ Maka Nabi Musa bertanya, ‘Sesungguhnya
umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi
kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.’ Rasulullah
melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi
Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya
Allah berfirman, ‘Hai Muhammad, salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam;
pada setiap salat (Tafsir jalalain)
Sumber : Kitab Al Anwaarul Bahiyyah
Min Israa’ Wa Mi’raaj Khairil Bariyyah, Kar
0 Response to "Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (IV): Rasulullah Setelah Menerima Shalat 5 (Lima) Waktu di Tuduh Gila"
Post a Comment