Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (III) : Rasulullah Saat Berada di Sidratul Muntaha
Kemudian Rasulullah melanjutkan
perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada
kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi
mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka
adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan
mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan
tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang
penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar,
sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka
adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum,
daging mereka dipotong-potong
lalu dipaksa agar memakannya, lalu
dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu
memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua,
seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit
pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan
sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya
bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing
duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai
seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi
menyerupakannya
dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud
ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan
dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang
sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan
ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa
dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan
salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah
diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah
paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan
manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau
berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama
seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi
Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena
uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’
mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau
berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan
umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada
lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat
yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya.
Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba
beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat
yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada
suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga
tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau
berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih
kemerah-merahan
kulit beliau. Nabi saw bersalam
kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa
berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi
Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa,
beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku
menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih
banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit
ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi
dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul
Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab
dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan:
“Perintahkanlahumatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga
sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”,
Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil
‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga
sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke
Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang
cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun
memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah
bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang
jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak
seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai
akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw.
Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan
yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati
setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau
neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum
sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau
melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul
Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah
Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril
tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah
SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan
oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana,
tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya
dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan
Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai
Muhammad.”Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.“Mintalah sesuka hatimu”,
firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau
telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara
Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan
Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan
serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia
dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku
telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shahih Imam Muslim diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah
mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 shalat sehari semalam, lalu aku turun kepada
Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan
kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 shalat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu
dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar
diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 shalat (jadi 45 shalat), lalu aku
turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu
melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan
demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya
Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 shalat sehari semalam,
setiap satu shalat seperti dilipatgandakanmenjadi 10, maka jadilah 50 shalat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada
Musa, namun tetap dia berkata:“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta
keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah
berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini,
maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al
Mukarrmah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Sumber : Kitab Al Anwaarul Bahiyyah
Min Israa’ Wa Mi’raaj Khairil Bariyyah, Karya Al Imam Al Muhaddits As
Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA. (di terjemahkan secara
ringkas oleh Habib Mumu BSA)
0 Response to "Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (III) : Rasulullah Saat Berada di Sidratul Muntaha"
Post a Comment