Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (I): Awal Mula Perjalanan Israk MIkraj
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW
berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring
diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin
Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau
lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka
merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu
malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril
membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril
berkata kepada Mikail:“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku
bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini
bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah
dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah
kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih
memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan
maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan
Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati
beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan
emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau,
maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh
kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda
Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini
berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan
telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun
dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi
pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad
merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata:
“Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah
yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini
buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang,
naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang
menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani
disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu
Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali
kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam
Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di
tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma,
lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan shalatlah”, setelah Beliau
shalat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda shalat?”, “Tidak”, jawab
beliau, Jibril berkata: “Anda telah shalat di Thoybah (Nama lain dari
Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan
matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta shalatlah
di tempat ini!”, setelah shalat dan kembali ke atas buroq, Jibril
memberitahukan bahwa beliau shalat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa
bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi
Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa
berbicara dengan Allah SWT, beliau pun shalat di tempat itu. Kemudian beliau
sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau
turun dan shalat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan
berkata: “Anda telah shalat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat
dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan,
tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan
semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril
berkata:“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca
maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa
tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai
akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan
langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali
seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW
bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka
adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah,
kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau
mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah
ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan
anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitah adalah tukang sisir anak
perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya
terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini
anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”,
Masyithah menjawab: “Ya”.Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal
ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata:
“Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithah menjawab: “Ya,
Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh,
kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang
tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua
anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan
suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan,
dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar
disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian
dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua
dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithh
dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu
berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada
jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau
juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala
mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali
lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka
adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban shalat. (Bersambung)
Sumber : Kitab Al Anwaarul Bahiyyah
Min Israa’ Wa Mi’raaj Khairil Bariyyah, Karya Al Imam Al Muhaddits As
Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA. (di terjemahkan secara
ringkas oleh Habib Mumu BSA)
0 Response to "Kitab Al Anwaarul Bahiyyah (I): Awal Mula Perjalanan Israk MIkraj"
Post a Comment