Bulan Rajab (XIV): Polemik Shalat Raghaib Syekh Izzuddin Dengan Ibnu Shalah
Rajab sebagai bulan
yang penuh berkah dan kelebihannya,kerap dan sering terlihat dalam mengkaji kelebihan bulan Rajab itu banyak polemic dan
kontroversi pendapat yang sering di temui dalam turast klasik ulama. Kesempatan
kali ini kita mencoba untuk melihat perbedaan pendapat dan polemik dua orang
ulama besar yaitu Ibnu Shalah ulama yang hidup pada tahun 557-643 H dan rival
beliau juga ulama besar bernama syekh Izzudin
bin Abdus salam, sosok ulama kesohor yang hidup tahun 577-660 H. Salah satu polemik yang kontras terihat di bulan
Rajab yaitu seputaran tentang Shalat Raghaib. Ibadah Raghaib ini sudah sering dan
biasa dikerjakan di Baitul Maqdis pada
kamis pertama bulan Rajab.
Sosok ulama bernama
Ibnu Shalah merupakan seorang muhadits
kenamaan dan popular juga sahib dan pengarang
karya monumental bernama kitab Muqaddimah Ibnu Shalah yang
kitabnya hingga kini masih banyak di pelajari dan dikaji dibelahan dunia Islam termasuk
nusantara, asia dan lainnya. Dalam karya beliau tersebut meski beberapa kali
dalam fatwanya mengenai beberapa ibadah menganggapnya sebagai bid’ah, namun di
belakangannya beliau tidak membid’ahkannya bahkan memperbolehkannya khususnya
tenatng shalat Raghaib tersebut.
Namun fatwa Ibnu Shalah
itu sangat ditentang oleh Syekh ‘Izzzudin
beliau merupakan ulama besar yang digelari sebagai Sulthanul ‘Ulama juga
pengarang kitab termasyhur dengan nama “Qawa’idul Ahkam”, tradisi perang ilmiah
itu pun terjadi untuk menjawab pernyataan Ibnu Shalah dengan mengarang kitab “At
Targhib ‘an Shalat Raghaib Al Maudu’ah”.
Rupanya “perang”ilmiah
tidak berhenti di situ, lantas Ibnu Shalah
membalasnya dengan mengarang dan menulis sebuah kitab bernama “Ar Radd ‘ala
Targhib”, “perang” kian “memanas” lantas syekh Izzudin pun membalas dan mengarang sebuah
kitab balasan dengan judul “Tafnid Radd.”
Sunnguh indah perang
llmiah mereka tanpa mengorbankan jiwa dan bentrok fisik, hanya perang
pemikiran. Lantas apakah kedua belajar kepada guru yang berbeda sehingga
melahirkan dua pendapat yang berbeda?
Jawabannya tidak,
beliau keduanya merupakan dua orang ini berguru dan mengaji pada masyaikh yang
sama, kedua ulama besar ini adalah murid
Syekh Fakhrudin ibn ‘Asakir seorang ulama yang hidup pada masa 550-620 Hijriah
dan juga pengarang dan penyusun kitab “Tarikh Dimasyq” dan bahkan
ulama besar ini juga menyusun sebuah kitab kecil yang mengupas tentang kelebihan dan keutamaan
bulan Rajab berjudul “Fadlu Rajab(Kelebihan
Bulan Rajab)
Dalam biografi mereka dan lintasan sejarah di
sebutkan bahwa sebenarnya telah terjadi beberapa
kali Syekh izzudin dan Ibnu Shalah berpolemik dan berbeda pendapat di antara
keduanya. Diantaranya mengenai persoalan
bau mulut harum orang puasa yang termaktub dalam hadits, paling tidak jika kita
melihat komentar Ad Darimi (742-808 H) dalam kitabnya “Hayatul Hayawan “yang
berkata demikian saat mengomentari khilaf antara Ibnu Shalah dan Izzudin
seputaran saat membahas bau mulut orang yang berpuasa.
Sebenarnya tradisi keilmuan dalam Islam
terjadi kontroversi pendapat dan polemik orang-orang berilmu dan beradab memang
“perang”ilmiah dengan penuh santun dan ta’lim mereka ajarkan untuk
kita,perbedaan tidak harus di hadapi dengan “emosi”dan perlawanan fisik dan
lainnya,namun perbedaan pendapat di jawab dengan ilmu
lewat tulisan dan karya berupa kitabdi balas dengan kitab juga, polemik wacana dibalas
wacana, risalah di balas risalah sama. Sungguh indah dan santun “perang”
seperti ini. Lihatlahlah misalnya jika
kita menghitung berapa banyak kitab yang ditulis saat terjadinya perbedaan
pendapat dan kolemik kubu ulama Sakhawi beliau hdup pada tahun 831-902
Hijriah dengan kelompok dan pendukung
Imam Suyuthi sosok ulama besar Imam Syafii yang hidup sekitar tahun 849-911
Hijariah.
Kita pun sangat mengharapkan berbagai
perbedaan pendapat di kalangan ulama dan ahli ilmu dapat mengikuti tradisi
pendahulu dengan “perang”ilmiah kitab di balas dengan kitab, minimal pendapat
di tulis dalam bentuk karangan sehingga lebih menghidupkan ruhul dan semangat
Islam yang sempat tenggelam. Semoga…
Wallahu Muwaffiq Ila ‘Aqwamit Thariq
0 Response to "Bulan Rajab (XIV): Polemik Shalat Raghaib Syekh Izzuddin Dengan Ibnu Shalah"
Post a Comment