Suluk (VI): RSQ Sebagai Tarbiyah Psikospritual
Ibadah suluk atau sebagai Rumah Sakit Qalbu (RSQ). Dalam membangun etika dan estetika spritual, seorang pengikut suluk tarekat Naqsyabandiyah
melakukan beberapa ritual. Ritual tersebut mereka jalankan dalam bentuk zikir,
pikir, dan muraqabah. Diharapkan semua elemen
tersebut sebagai pilar tasawuf ini diyakini oleh setiap salik sebagai
satu-satunya jalan yang mampu membentuk psikospritual dalam kehidupan mereka.
Dalam sebuah tarekat keadaban atau etika
menjadi hal yang sangat tinggi nilainya, begitu juga dalam tarekat
naqsyabandiah. Seorang salik sebelum
terjun berzikir harus terlebih dulu memperhatikan adab dan etikanya di RSQ.
Syekh Amin Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub menyebutkan ada 11 macam
adab suluk sebagai pasien di RSQ yaitu berwudhu, shalat sunat dua rakaat, menghadap kiblat di tempat yang sunyi, duduk
dengan posisi kebalikan dari duduk tawarruk dalam shalat, karena sahabat duduk
dalam shalat seperti itu lebih merendahkan diri dan panca indra lebih
terhimpun, istighfar sebanyak 5 atau 15 atau 25 kali, membaca alfatihah satu kali dan surat ikhlas tiga kali, dan dihadiahkan
kepada roh Nabi Muhammad SAW dan kepada roh-roh para syaikh tharikat
Naqshabandiyah, memejamkan kedua mata, mengunci mulut dengan
mempertemukan kedua bibir.
Kemudian adab selanjutnya sebagai pasien RSQ dimana lidah dinaikkan ke langit-langit mulut. Hal ini
dilakukan untuk mencapai kekhusyuan yang sempurna dan lebih memastikan
lintasan-lintasan di dalam hati yang harus lebih diperhatikan, rabithah kubur,
yakni dengan membayangkan bahwa diri kita telah mati, dimandikan, dikafani,
dishalatkan, diusung ke kubur dan dikebumikan. Semua sanak keluarga dan
sahabat, dan kenalan meninggalkan kita sendirian dalam kubur.
Pada waktu itu
ingatlah bahwa segala sesuatu tidak berguna lagi, kecuali amal saleh, rabithah mursyid, yakni murid menghadapkan hatinya
ke hati syaikh (guru) dan menghayalkan rupa guru, dengan menganggap bahwa hati
guru itu pancuran yang melimpah dari lautan yang luas ke dalam hati murid. Dan
syaikh itu merupakan wasithah (perantara) untuk sampai kepada Allah. Menghimpun semua panca indra, memutuskan hubungan dengan semua yang
membuat kita ragu kepada Allah, dan menghadapkan semua indra hanya kepada
Allah. Kemudian mengucapkan “ilahi anta maqshudi waridhaka mathlubi” sebanyak
tiga kali, kemudian berzikir sesuai dengan amaliah masing-masing salik
(Tanwirul Qulub, Syekh Amin Qurdi, h. 5110).
Syekh Amin Kurdi juga menyebutkan
seorang salik selama berada di RSQ
harus mempunyai dua puluh syarat untuk mengarungi samudera ibadah
suluk. Salik terlebih dulu harus ada
niat ikhlas untuk beribadah dan tidak mengharapkan kemulian dan karamah,
berpuasa, berkekalan wudhu disamping beberapa syarat lainnya. (Tanwirul Qulub,
Syekh Amin Kurdi, h. 430-431)
0 Response to "Suluk (VI): RSQ Sebagai Tarbiyah Psikospritual "
Post a Comment