Suluk (II): Rumah Sakit Qalbu(RSQ) Bid'ahkah?
Ibadah suluk sebagai Rumah Sakit Qalbu (RSQ) merupakan bentuk pengamalan dari
tarekat naqsyabandiah. Suluk menjadi ibadah ritualitas terhadap mereka para
ahli ibadah dalam bulan suci ramadhan ini. Sebenarnya bukan hanya ramadhan,
dalam tradisi suluk di Aceh, disamping ramadhan dengan durasi maksimalnya suluk
ada 40 hari, namun dalam bulan rabiul Awal dan Zulhijjah juga merupakan agenda
rutin tarekat ini, durasinya minimal 10 hari dan ada juga sebagian tempat suluk
yang menjalaninya 20 hari.
Suluk secara etimologinya bermakna “menempuh jalan”.
Jalan yang dimaksud adalah ‘jalan kembali kepada Allah’, yaitu ‘jalan taubat’ artinya
‘kembali’), atau jalan ad-diin. ‘Suluk’ secara harfiah berarti
‘menempuh’, (Sin – Lam – Kaf) asalnya dari firman Allah berbunyi : “…dan
tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (untukmu).” (Q. S. An-Nahl [16] :
69). Dalam literatur sejarah
disebutkan bahwa Rasulullah melaksanakan suluk (berkhalwat) di Gua Hira
sampai datang perintah untuk berda’wah, sebagaimana tersebut dalam hadits
Bukhari : “Diberi kesenangan kepada Nabi SAW, untuk menjalani khalwat
di Gua Hira, maka beliau mengasingkan diri di dalamnya, yakni beribadat
beberapa malam yang berbilang-bilang.”
Nabi Musa juga menjalani pengasingan diri RSQ (khulwah/suluk) selama 40 hari lamanya untuk bertaqarrub kepada Allah Swt,
sebagaimana yang telah diabadikan dalam Firman Allah : “Dan telah Kami
janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh
malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata
Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin)
kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakan."(Q.S. Al-A’Raaf : 142).
Dalam wacana sufi perjalanan dalam menempuh
jalan-jalan menuju Tuhan disebut dengan suluk atau kita tamsilkan sebagai RSQ (Rumah Sakit Qalbu) dan orang yang melakukan
perjalanan disebut salik. Di dalam suluk para salik menyibukan diri dengan
riyadhah (latihan kejiwaan) dalam rangka pendekatan diri kepada Allah
(al-taqarrub ilallah) melalui pengamalan ibadah-ibadah faraidh (wajib) dan
nawafil (sunnah). Semua aktivitas ini dilakukan di atas fondasi zikrullah, di
samping zikrullah itu sendiri dijadikan sebagai amalan yang berdiri sendiri,
lepas dari ibadah-ibadah lainnya. Ini merupakan wujud konkret pengamalan firman
Allah dalam sebuah hadis qudsi: “Aku
sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia
berzikir kepada-Ku; jika ia berzikir kepada-Ku dalam dirinya,maka Aku berdzikir
kepadanya dalam diri-Ku; jika ia berzikir kepada-Ku dalam suatu kelompok, maka
Aku berzikir kepadanya dalam kelompok yang lebih baik daripada mereka. Jika ia
mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta; jika ia
mendekat kepada-Ku sehasta; maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia
mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan
berlari.” (Shahih al-Bukhari, juz VI: 2694;
Shahih Muslim, juz IV: 2061).
0 Response to "Suluk (II): Rumah Sakit Qalbu(RSQ) Bid'ahkah?"
Post a Comment