Metode Beramal Suluk dan Tawajuh
Tawajuh sangat berkaitan dengan aktifitas suluk. Mengupas permasalahan zikir tawajuh juga menjelaskan bagaiman zikir dalam bersuluk. Dalam Tawajuh itu boleh dilakukan tanpa ada bersuluk. Namun bila dilakukan dalam bersuluk itu akan ada tata cara tersendiri. Tawajuh harian atau mingguan hanya berzikir dengan zikir ”ismu zat”. Sedangkan bentuk zikir lain itu semuanya dipraktikkan dalam bersuluk. Zikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak untuk-Nya, selanjutnya memuji dengan puji-pujian dan sanjung-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran kemurnian-Nya.[1]
Diantara yang terpenting dalam tarekat dan hampir selalu dikerjakan adalah bertawajuh lewat zikir. Amalan pokok yang paling mendasar bagi penganut Tarekat Naqsyabandiyah juga pada zikrullah (mengingat Allah). Bahkan dalam pelaksanaan amalan suluk pun zikir-zikirlah yang senantiasa dilakukan.
Klasifikasi
zikir dalam Tarekat Naqsyabandiyah ada dua yaitu:
1.
Zikir Ism al-Dzat.
Zikir ini artinya mengingat nama yang
hakiki dengan mengucapkan nama Allah berulang-rulang dalam hati, ribuan kali
(dihitung dengan tasbeh), sambil memusatkan perhatian kepada Allah semata.
2.
Zikir Tauhid
Zikir ini artinya
mengingat keesaan. Zikir ini terdiri atas bacaan berlahan diiringi dengan
pengaturan nafas.[2]
Metode
pelaksanaan zikir Ism al-Dzat adalah sebagai berikut:
1)
Apabila hendak membaca dengan zikir Ism al-Dzat,
maka hendak berwudhu’.
2) Mengerjakan shalat
sunat dua raka’at.
3) Duduk dalam tempat
yang suci serta menghadap kiblat.
4) Duduk kebalikan dari
duduk tawarruk pada tasyahud terakhir. Karena para sahabat duduk
di hadapan Rasulullah seperti demikian, dan duduk seperti ini lebih merendahkan
diri dan panca indera lebih terhimpun.
5) Memejamkan dua mata.
6) Berniat taubat dari
segala dausa dahir dan batin, dan menyesali diri pada mengerjakan maksiat,
serta membaca dengan lidah:
استغفر الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي القيوم واتوب اليه
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah tiada tuhan
melainkan dia, yang hidup kekal terus
menerus dan aku bertaubat kepada-Nya.”
Dibaca istighfar sebanyak 5 kali, 15 kali atau 25 kali.
7)
Membaca surat al-Fatihah 1 kali,
surat al-Ikhlas 3 kali, dengan niat pahalanya dihadiahkan kepada roh Rasulullah
SAW dan para mursyid tarekat.
8)
Rabitah kubur, yakni membayangkan bahwa diri kita telah mati, dimandikan, dikafani, dishalatkan, diusung ke
kubur dan dikebumikan. Semua keluarga dan sahabat, kenalan meninggalkan kita
sendirian dalam kubur. Pada waktu itu, ingatlah bahwa segala sesuatu tiada
berguna lagi, kecuali amal shaleh.
9)
Rabitah mursyid yakni mengingat mursyid dan semua para syekh tarekat sejak dari
Rasulullah hingga seterusnya kemudian memohon kepada Allah membuka jalan ma’rifah-Nya
ke dalam hati.
10)
Mengumpulkan segala perasaan sambil melihat
tulisan “الله”
dalam hati sanubari dan mengucapkan 3 kali dengan lidah dan hati.
11)
Meletakkan pergelangan tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri dengan memutar tasbih cepat-cepat dan berzikir di dalam
hati: “الله
”, setiap butir tasbih berarti satu kali ingat kepada Allah dalam jumlah yang
diinginkan dan apabila telah selesai dari zikir, dibaca dengan hati dan lidah:
إلهي أنت مقصودي
ورضاك مطلوبي أعطنني محبتك ومعرفتك
Artinya: “Wahai Tuhan ku Engkau
tujuanku, aku meminta
keridhaanMu kurniakanlah cinta Mu dan ma’rifah Mu kepadaku.”
12) Menunggu
limpahan zikir.
13) Setelah selesai semuanya ditutup dengan doa
tiga kali.
أللهم إني أسئلك التوبة واللإ نابة والاستقامة علي شريعة
الغراء والطريقة البيضاء برحمتك يا
أرحم الرحمين
Artinya: “Wahai Tuhan ku sesungguhnya aku bermohon kepada Mu
taubat, kembali kepada jalan yang benar dan tetap lestari atas syariat yang
mulia dan tarekat yang murni, demi kasih
sayang Mu, wahai Tuhan ku yang maha
pengasih penyanyang dari segala pengasih penyanyang”.
[1]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa …, h. 1280.
[2]
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah …, h. 106.
0 Response to "Metode Beramal Suluk dan Tawajuh "
Post a Comment