Mengaktualisasi Sastra Relegius di Era Globalisasi
Sastra sebagai instrumen untuk mencapai ”pemahaman
yang imajenatif” mengenai alam kehidupan sosial keagamaan dan politik
sehingga sastra akan bersikap atau berfungsi kritis, etis, terapis dan
konseptualis. Oleh karena itu karya sastra sastrawan muslim memiliki peran
penting dalam sepanjang sejarah terhadap pentebaran agama Islam. Paling
fundamental untuk diingat bahwa karya sastra tidak sebatas dakwah dalam artian
sempit, tetapi juga sebagai pengajaran dan fondasi bagi kebudayaan kaum muslim.
Bahkan melalui karya sastralah kesadaran sejarah, penghayatan tasawuf dan
keagamaan ditanamkan secara mendalam dilubuk hati umat Islam.
Dalam karya sastra pula nilai-nilai tarbiyah
seperti etika, moral, dan pandangan hidup Islam di pribumisasikan dengan basis
fundamentalis sosial-budaya masyarakat. Karya sastrawan Syeh Ja’far bin Hasan
bin Abd Al-Karim bin As-Sayyid Muhammad bin Abd Ar-Rasul Al-Barzanji ibn Abd
Ar-Rasul bin Abd As-Sayyid Abd Ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali Bin Abi
Tholib ra berupa kitab Al-Berzanji yang memuat hal keagungan Rasulullah sebagai
contoh tauladan umat manusia.
Peristiwa sejarah Rasulullah itulah yang
ditulis Syekh Ja’far Al-Barzanji dalam kitab Al-Barzanji. Begitu pula pesan
luhur dari kepribadian Rasulullah menjadikan renungan bagi para pembaca
disetiap bait Al-Barzanji. Peristiwa Sejarah adalah peristiwa yang terjadi
sepenuhnya atas kesengajaan, karena itu selalu berlangsung menurut suatu
perencanaan. Jadi sejarah selalu bersifat rasional dan empirik. Oleh karena
itu, sejarah adalah persoalan khas manusia. Sejak keberadaannya, manusia adalah
satu-satunya makhluk yang menciptakan sejarahnya. Hal lain terbukti dengan
adanya perubahan yang dibuat secara sistematik dari zaman ke zaman. Dengan
sejarahnya, manusia semakin sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang mampu
mengadakan perubahan. Dengan sejarahnya pula, manusia berusaha mengubah dirinya
untuk semakin menjadikan dirinya sebagai manusia sesuai dengan kodratnya. Suparlan
Suhartono,.. Filsafat Pendidikan. h. 109-110)
kemplingan.tripod.com
M. Amin Abdullah,.dalam bukunya Studi
Agama (Normativisme atau Historitas) menyebutkan bahwa tata nilai (value
system) , baik yang islami maupun yang bukan adalah denyut jantung
kehidupan masyarakat. Sebab tata nilai terkait erat dengan pola pikir yang
hidup dalam masyrakat, sehingga erat pula kaitannya dengankebudayaan itu
sendiri. Dalam perspektif ini, tata pesan nilai yang melandasi gerak danaktifitas
individu dalam masyarakat ada hubungannya dengan literatur, pola pendidikan,
wejangan-wejangan, ideom-ideom, kitab suci, buku-buku keagamaan, wasiat luhur
dan lain sebagainya dipergunakan oleh masyarakat sebagai rujukan pola berfikir
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya yang dilakukan oleh para ulama
untuk menghadirkan moralitas tertentu dalam sebuah spiritualitas telah lama
dirintis melalui kitab-kitab lama yang bertebaran di Nusantara ini seperti;
kitab Ta’lim muta’allim, Bulughul Maram, Ihya Ulumiddin dan Tadzhib At-Tadzhib
yang memaparkan tentang bagaimana seseorang harus berakhlak berpendidikan (tarbiyah)
yang mulia. Ada juga tradisi keagamaan yang menggunakan kitab-kitab
tertentu yang dikembangkan di Indonesia oleh para ulama timur tengah yang datang
Islam pertama kali ke Aceh mencoba menggugah keimanan dan kebiasaan manusia ke
derajat yang lebih baik seperti; acara wayangan, tahlilan, selamatan dan lain
sebagainya.
Menelusuri Kitab Al-Barzanji dengan pola
disiplin dan pembiasaan yang berlatar pada suatu komunitas dengan orientasi
nilai budaya dan nilai religiusitas anak, dan interaksi antar mereka pada
komunitas serta status identitasnya dengan kualitasnya dengan kualitas tarbiyah
yang mereka capai menjadi suatu kajian yang sangat menarik. Kupasan dalam kitab
tersebutpun sangat luas.
Membaca kitab Barzanji dalam sudah
menjadi agenda rutin, mereka sering melakukan ritual tersebut dalam Mauludiyah
atau menyambut kelahiran Rasulullah . Selain Mauludiyah, kitab tersebut
juga sering dibaca ketika ada hajad anak lahir, hajad menantu, masalah yang
sulit terpecahkn dan musibah yang berlarut-larut. Mereka melakukannya dengan
maksud lain mohon berkah Rasulullah akan terkabul semua yang dihajatkan.
Sejarah mencatat dalam lembarannyabahwa
Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja’far Al-Barzanji yang terlahir di daerah
Barzinj (kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan tahun
dipakai dan dibaca serta di pelajari namun belum ada yang menggeser lewat
keindahan kalimat-kalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang faham
bahasa arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan memukau. Umumnya,
mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru, indah,
menarik dan mengharukan.[1] Bagi
bangsa Indonesia, peranan ulama timur tengah tidak dapat dipisahkan dari
pembentukan dan pertumbuhan awal keislaman di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Peran para ulama sebagai pemersatu bangsa tidak dapat dihilangkan,
begitu pula perjuangan mereka dalam mengikis bentuk kemusyrikan dari setiap
tradisi kebudayaan yang ada di tanah Nusantara.
Seandainya di kaji lebih mendalam. Dalam hal ini hendaknya
para pelajar masa kini harus terus giat menggali dan mengkaji bebagai kitab terdahulu
yang sangat relevandan situasional dengan kondisi, tentu saja itu bagaimanana
peran serta pelajar danu lama dalam menyampaikan lebih menyentuh dan
komunikatif sehingga masyarakat dapat merasakan kehangataan dan manisnya sebuah
permata yang bernama ilmu. Kitab klasik itu hendaknya tidak dianggap sesuatu
yang kuno alias ketinggalan zaman, tetapi zaman sendiri yang tidak mampu untuk
menerjemahkannya..
[1] Abdul Fatah,
Munawir.. Tradisi Orang-Orang NU. Cet. IV, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2008), h. 302
0 Response to "Mengaktualisasi Sastra Relegius di Era Globalisasi"
Post a Comment