Menggugat Tradisi Perayaan Kemerdekaan RI (I)
Kemerdekaan Negara tercinta ini sudah mendekati umur angka tiga perempat abad yakni 71 tahun (1945-2016). Mengisi hari kemerdekaan di negeri ini banyak di adakan berbagai macam jenis perlombaan baik itu lari goni, panjat pinang dan masih banyak lainnya. salah satu perlombaan yang sangat menarik dan unik dikalangan masyarakat kita adalah panjat pinang. Menelesuri rekam jejak jenis perlombaan ini akan memutar kembali arah jam sejarah hidup kita pada zaman pra kemerdekaan.
Dalam lintasan sejarah diuraikan bahwa perlombaan panjat pinang itu berasal dari zaman penjajahan Belanda dulu. Lomba panjat pinang diadakan oleh orang Belanda jika sedang mengadakan acara dan perhelatan besar seperti hajatan, peringatan hari besar, pernikahan, dan lain-lain. Dalam perlombaan ini tentu saja para peserta berasal dari masyarakat kita sebagai orang-orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya sesuatu yang bernilai mewah dan sangat berharga dalam pandangan masyarakat pribumi, umpamanya seperti makanan seperti keju, gula, serta jenis busana dan pakaian mewah seperti kemeja, kebaya dan lain sejenisnya. Hadiah ini dalam pandangan penjajah waktu bagi mereka barang yang kurang mewah dan populer walaupun menurut pribumi bernilai sangat tinggi dan bergengsi. Masyarakat pribumi bersusah payah dan berjuang dengan segenap kemampuan untuk merebut hadiah yang di sediakan oleh Kolonial Belanda pada waktu itu.
Satu
pemandangan yang kurang berkenan menurut kaca mata nurani kita walaupun
fenomena itu menjadi warisan sampai pasca kemerdekaan. Dimana kaum colonial
Belanda menonton dengan penuh tertawa dan gembiranya melihat kaum pribumi jatuh
bangun dalam berjuang untuk merebut hadiah yang di sediakan. Pohon pinang yang
dilemuri oleh jenis pelicin dan di suguhi pula pelumas, sedangkan diujung pohon
di tempatkan berbagai hadiah dan
sejumlah uang sebagai ucapan terimakasih sudah mampu menggapai dan menaklukkan
pohon pinang tersebut. Hiruk pikuk penonton kalau dulupara colonial penjajah
Negara kita,namun kini yang menyoraki dan memberi applus dengan suguhan
pemandangan satu samalainsaling berjibaku,terkadang nilai kemanusiaan yang
selama ini kita dendangkan dan agungkan menajdi bahan tertawaan dan seolah-olah
sang scenario “drama” Pa Pi (panjat pinang) menikmati tercecernya sebuah nilai
agung yang juga kita sangat menghargainya. Apakah mereka sang scenario “drama”
itu tidak berpikir dan menganalisa hampir se abad kita merdeka masih
menelanjangi nilai-nilai kemanusia yang menjadi dasar dasar Negara ini dengan
bunyi “Kemanusiaan yang adil dan Beradab”. Atau kah kita dan sang scenario “drama”
itu juga latah dan seakan tidak berdaya untuk menghapusnya dan mengantikan
dengan permainan dan hiburan lainnya yang lebih mausiawi dan beradap serta ada
nilai dan pesan relegius di dalamnya? Siapakah yang tidak “beradab” sang
skenario atau actor bangsa ini yang telah mempertontonkan dan “melecehkan”
nilai-nilai kemanusian atau masyarakat sendiri yang rela “drama”it uterus
diputar setiap perhelatan dalam memperingati sebuah kemerdekaan yangt elah
direbut dengan bersusah payah dan di
gadaikan dengan ribuan penderitaan dan nyawa syuhada dan pejuang bangsa
ini,namun malah kita menginjak dan terus menelanjangi nilai mulia itu untuk
anak cucu kita. Lantas di manakah nurani kita?
0 Response to "Menggugat Tradisi Perayaan Kemerdekaan RI (I)"
Post a Comment