Bolehkah Menggabungkan Puasa Qadha Dengan Puasa Sunat?
Menggabungkan Puasa Qadha dan Sunat
Dikala ramadhan telah berakhir, bukan berarti ibadah kita cukupkan sampai disitu dengan berbagai amaliahnya. Namun hendaknya kelebihan bulan Syawal dengan puasa sunat yang lebih dikenal dengan puasa enam juga dapat kita raih. Setidaknya dengan berpuasa enam hari setelah bulan puasa Ramadhan, kita seolah-olah telah berpuasa setahun, sebagaimana sabda nabi saw yang berbunyi: “"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti dia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim). Berdasarkan hadist tersebut para imam mujtahid seperti Imam Syafi’dan Ahmad bin Hambal menjadikan puasa enam pada bulan Syawal sebagai puasa yang disunatkan untuk dijalani. Hal ini berbeda dengan Abu Hanifah dengan memakruhkannya, beliau berasumsi dikhawatirkan akan dianggap wajib puasa enam hari bulan syawal tersebut.
Dalam mazhab
Imam Syafi’I metode melakukan puasa syawal tersebut tidak mesti pada hari kedua
syawal dan juga tidak harus enam hari sekaligus, boleh berselang asalkan
bilangan tetap enam hari dalam bulan syawal. Kesemua metode tersebut tidak
menghilangkan keutamaan puasa syawal seperti digambarkan dalam hadist diatas.
Lantas bagaimana logikanya seorang yang berpuasa enam hari setelah bulan Ramadhan
laksana telah mengerjakan puasa setahun? Para ulama menyebutkan bahwa satu
kebaikan itu menyamai sepeluh kebaikan. Sedangkan bulan ramadhan dapat menyamai
sepuluh bulan lain dengan kalkulasi satu bulan di kali sepuluh sama dengan
sepuluh bulan. Setahun dua belas bulan. Dua bulan lagi berasal dari puasa enam
hari bulan syawal dengan perhitungan matematisnya enam dikali sepuluh sama
dengan enam puluh dengan kata lain dua bulan. Genaplah dengan puasa ramadhan
dan enam hari syawal laksana berpuasa dua belas bulan atau setahun.(Syarh
Nawaawi ‘ala Muslim, jilid VIII: 56).
Bolehkah Qadha Puasa Sekaligus dengan Puasa Syawal?
Seseorang yang
tidak sempat menunaikan puasa Ramadhan dengan berbagai alasan yang
diperbolehkan oleh syara’ atau memang sengaja meninggalkannya tanpa alasan yang
dibolehkan, sudah tentunya mereka wajib mengqadha puasa tersebut dibulan lain. Seorang
yang ada kewajiban mengqada puasa Ramadhan kemudian mengabungkan dengan puasa
sunat seperti sunat syawal enam hari.penggabungan dua ibadah ini kenal dengan tasyrik
fi an-niyyah (mengkompromikan niat). Imam Suyuthi dalam risalahnya Asybah
Wa An-Nadhair menyebutkan bahwa mengkombinasikan niat antara ibadah wajib
dengan sunnah itu ada empat jenis, pertama ibadah wajib dan sunat sah keduanyan, seperti orang
yang telah berjunub tentu saja harus mandi wajib, kemudian mandi sunat jum’at diniatkan
keduanya sekaligus dalam satu ibadah, kasus lain seorang yang masuk masjid
langsung shalat wajib dibarengi dengan niat shalat tahiyatul masjid. Kedua
ibadah tersebut sah baik ibadah wajib dan sunat. Kedua ibadah
wajib sah sedangkan ibadah sunat tidak sah, contohnya seorang yang beribadah
haji yang pertama kalinya selama hidup meniatkan sebagai haji wajib sekaligus haji
sunat. Konsekwensi dari kasus semacam ini yang sah adalah haji wajib sedangkan
haji sunat tidak sah. Ketiga ibadah sunat sah sedangkan
ibadah wajib tidak sah. Dalam hal ini Imam Sayuthi mencontohkan seorang yang
bersedekah lima dirham dengan niat sebagai sedekah wajib dan sedekah sunat.
Kasus seperti ini yang sah adalah sedekah sunat sedangkan sedangkan wajib tidak
sah. Keempat, ibadah wajib dan sunat tidak sah keduanya, beliau
Imam Sayuthi memberi contoh seorang yang shalat fardhu disamping meniatkan
shalat fardhu juga meniatkan shalat sunat rawatib sekaligus maka kedua ibadah
tersebut tidak sah alias sia-sia.
Mengenai ibadah
puasa Ramadhan yang pernah tertinggal kemudian mengqadhanya di bulan Syawal
sekaligus meiatkan dengan puasa enam (puasa syawal). Dalam problema ini para
ulama terjadi khilaf pendapat. Menurut Syekh Khatib Syarbaini bahwa seorang
yang mengqadha puasa Ramadhan sekaligus meniatkan puasa Syawal kedua ibadah
tersebut sah, namun nilai pahala yang didapatkan orang tersebut tidak semaksimal
seolah dia berpuasa sepanjang setahun. (Kitab Mughni Al-Muhtaj, Syekh Khatib
Syarbaini: V: 310). Sedangkan dalam persepsi Imam Nawawi dan Imam Asnawi pada kasus
seperti diatas sangat bertolak belakang dengan pendapat Syekh Khatib Syarbaini,
kedua ulama ini berargumen bahwa menggabungkan sunat Syawal dan, puasa qadha merupakan
ibadah yang tidak sah. Argumentasi yang
dikemukakan oleh kedua ulama diatas, menurut Syekh Ibnu Hajar al-Haitami,
beliau telah menalaah dan mengkaji lebih lanjut sehingga beliau menjelaskan
tidak sah puasa apabila puasa sunat sebagai tujuan dasar (maqsud lizatihi).puasa
yang disunatkan enam hari pada bulan Syawal bukanlah disyariatkan untuk maqsud
lizatih, melainkan yang dimaksudkan terdapat puasa pada bulan syawal
tersebut selama enam hari baik dikerjakan secara terpisah atau dikombinasikan
dengan yang lainnya. Bahkan dalam hal ini Imam Ramli lebih simple lagi, beliau
menyebutkan seorang yang mengqadha puasa
Ramadhan tanpa meniatkan puasa sunat tetap mendapatkan juga pahala sunat
asalkan tidak ada usaha mengalihkan arah ibadahnya. (Sayyid Abdurrahman bin
Muhammad al-Hadhrami, Bughyah al-Mustarsyidiin: 113-114, Syekh Zainuddin
Al-Malibari, I’anah At-Thalibin : II, hal.271). Sedangkan menurut Imam
al-Mashudi beliau berpendapat tidak boleh menggabungkan qadha puasa ramadhan
dan puasa sunat serta tidak mendapatkan pahala keduanya bahkan tidak sah puasa
sunat Syawalnya terhadap mereka yang masih berkewajiban mengqadha puasa
ramadhan. Beliau mengumpamakan seperti niat
shalat dhuhur dan shalat sunat dhuhur. Pendapat ini sejalan juga dengan
Syekh Sulaiman Al-Kurdy dengan menyebutkant bahwa tidak berpahala terhadap
mereka yang mengabungkan qadha puasa Ramadhan dengan puasa Syawal.(Sayyid
Abdurrahman bin Muhammad al-Hadhrami, Bughyah al-Mustarsyidiin: 113-114).
Penulis dapat
menyimpulkan bahwa qadha puasa Ramadhan dengan menggabungkan niat puasa syawal
terdapat dua pendapat. Pertama tidak sah, pendapat ini dipelopori
oleh Imam Nawawi, Imam Asnawi dan Imam Al-Mashudi, Syekh Sulamian AlKurdi
dengan alasan yang telah disebutkan diatas. Kedua, sah tetapi
pahala tidak maksimal seperti berpuasa sepanjang tahun, pendapat ini
dikemukakan oleh Syekh Khatib Syarbaini. Ibnu Hajar Al-Haitami,
Imam Ramli. Berdasarkan paparan diatas walaupun ada pendapat yang menyatakan
tidak boleh menggabungkan antara qadha puasa Ramadhan dengan puasa sunat, Namun
boleh saja untuk mengabungkannya dengan puasa sunat baik Syawal atau lainnya
bahkan tanpa meniatkan puasa sunatpun juga hasil kedua ibadah tersebut. Jika
ada orang yang mengerjakan dengan dua tahap secara terpisah yakni qadha dan
sunat Syawal juga tidak mengapa baik mengqadha duluan kemudian berpuasa syawal
atau sebaliknya. Penulis disini hanya ingin menekankan bahwa kita tidak boleh
melarang mereka yang menggabungkan kedua ibadah tersebut dengan dua niat
sekaligus mengerjakan. Disamping itu kita tidak boleh menyalahkan mereka yang mengerjakan secara
terpisah ibadah qadha dan sunat tersebut. Semoga dibulan ini kita tetap terus
meningkat amal ibadah dengan mengaharap dibukakan pintu maqbul serta
diridhai oleh Allah Swt. Amiiin.
Bila sahabat ingin menshare kembali artikel ini, jangan lupa disertakan link nya ya.. Terimakasih
0 Response to "Bolehkah Menggabungkan Puasa Qadha Dengan Puasa Sunat?"
Post a Comment